PENDAHULUAN
A. Macam Spektrofometer dan
Perbedaannya
Spektrofotometer terdiri dari beberapa jenis
berdasar sumber cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometer Vis (Visible)
2. Spektrofotometer UV (Ultra Violet)
3. Spektrofotometer UV-Vis
4. Spektrofotometer IR (Infra Red)
Pada
spektrofometer ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah
cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang
dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380
sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata, maka sinar
tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten.
Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia
dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi
(3422 ºC) dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka Tungsten atau
Wolfram digunakan sebagai sumber lampu.
Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna.
Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometer visible.Oleh
karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat
berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa
berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi
dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang
dihasilkan harus benar-benar stabil.
Salah satu contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut (soluble
protein). Protein terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh karena
itu, larutan ini harus dibuat berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa
digunakan adalah reagent Folin.Saat protein terlarut direaksikan dengan Folin
dalam suasana sedikit basa, ikatan peptide pada protein akan membentuk senyawa
kompleks yang berwarna biru yang dapat dideteksi pada panjang gelombang sekitar
578 nm. Semakin tinggi intensitas warna biru menandakan banyaknya senyawa
kompleks yang terbentuk yang berarti semakin besar konsentrasi protein terlarut
dalam sample.
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat
menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna.
Bening dan transparan.
Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun
tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih
dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometer adalah
sample harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi
suspensi.
Sebagai contoh pada analisa protein terlarut (soluble protein). Jika
menggunakan spektrofotometer visible, sample terlebih dulu dibuat berwarna
dengan reagent Folin, maka bila menggunakan spektrofotometer UV, sample dapat
langsung dianalisa.
Ikatan peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV pada panjang
gelombang sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak sinar yang diserap sample
(Absorbansi tinggi), maka konsentrasi protein terlarut semakin besar. Spektrofotometer
UV memang lebih simple dan mudah dibanding spektrofotometer visible, terutama
pada bagian preparasi sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak
kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain analat yang juga
menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada
hasil analisa.
Spektrofotometer ini merupakan gabungan antara spektrofotometer UV dan Visible.
Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya
visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu
sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator.
Untuk sistem spektrofotometer, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer
digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample
berwarna juga untuk sample tak berwarna.
Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun
biasanya lebih kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR digunakan untuk
mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa, terutama senyawa organik.
Setiap serapan pada panjang gelombang tertentu menggambarkan adanya suatu gugus
fungsi spesifik.
Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan intensitas IR
terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sample akan dibandingkan
dengan signal standard. Perlu juga diketahui bahwa sample untuk metode ini
harus dalam bentuk murni. Karena bila tidak, gangguan dari gugus fungsi
kontaminan akan mengganggu signal kurva yang diperoleh.
Terdapat juga satu jenis spektrofotometer IR lainnya yang berdasar pada
penyerapan sinar IR pendek. Spektrofotometer ini di sebut Near Infrared
Spectropgotometry (NIR). Aplikasi NIR banyak digunakan pada industri pakan dan
pangan guna analisa bahan baku yang bersifat rutin dan cepat.
PENUTUP
spektrofotometri
07.50 |
BAB I
A.
Pengertian
Spektrofotometer
Spektrofotometer
sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan fotometer. Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang di transmisikan atau yang
di absorpsi. Jadi, Spektrofotometer merupakan
alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap
dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.
B.
Prinsip
Kerja Spektrofotometer
Secara
sederhana skema prinsip kerja dari spektrofotometer terdiri dari :
sumber
cahaya monokromator sel sampel detektor read out (pembaca).
C. Komponen
spektrofotometer dan Fungsinya
1.
Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber
sinar polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk
sepktrofotometer :
§
UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi
hidrogen
§
VIS menggunakan lampu
tungsten yang sering disebut lampu wolfram
§
UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi
monokromator.
§
Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.
2.
Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang
gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis
menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan
adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik.Jika digunakan grating maka
cahaya akan dirubah menjadi spektrum cahaya. Sedangkan filter optik berupa
lensa berwarna sehingga cahaya yang diteruskan sesuai dengan warnya lensa yang
dikenai cahaya. Ada banyak lensa warna dalam satu alat yang digunakan sesuai
dengan jenis pemeriksaan.
3.
Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel
¨
UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat
sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa
yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan
yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya
hanya pada spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk
persegi panjang dengan lebar 1 cm.
¨
IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta)
biasanya dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam bentuk
larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel ini akan dipecahkan untuk
mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat
sedikit dan harganya mahal.
4.
Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan
dari sampel dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor
:
Kepekaan
yang tinggi
Perbandingan
isyarat atau signal dengan bising tinggi
Respon
konstan pada berbagai panjang gelombang.
Waktu respon
cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
Signal
listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam
detektor :
Ø Detektor
foto (Photo detector)
Ø Photocell,
misalnya CdS.
Ø Phototube
Ø Hantaran
foto
Ø Dioda foto
Ø Detektor
panas
5.
Suatu pengganda (amplifier), dan rangkaian yang
berkaitan membuat isyarat listrik itu memadai untuk di baca.
6.
Suatu system baca (piranti pembaca) yang memperagakan
besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan (% T) maupun
Adsorbansi (A).
BAB
II
PEMBAHASAN
Perbedaannya
yaitu :
1. Spektrofotometer Visible (Spektro Vis)
2. Spektrofotometer
UV (Ultraviolet)
Berbeda
dengan spektrofotometer visible, pada spektrofotometer UV berdasarkan interaksi
sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai
sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy
hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di
laut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron,
sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama
deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’,
mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel.
3. Spektrofotometer UV-Vis
Dari
namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometer ini berdasar pada
penyerapan panjang gelombang infra merah. Cahaya infra merah terbagi menjadi
infra merah dekat, pertengahan, dan jauh. Infra merah pada spektrofotometer
adalah infra merah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang
2.5-1000 μm.
B. Cara Penggunaan
Ada tiga teknik yang
biasa dipakai dalam analisis secara spektrofotometer, yaitu :
1.
Metode Standar Tunggal
Metode ini sangat praktis karena menggunakan
satu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya, selanjutnya absorbansi
larutan standar dan absorbasi
larutan sampel diukur dengan spektrofotometri.
Rumus perhitungan kadar
sampel :
2.
Metode Kurva Kalibrasi
Dalam metode ini
dibuat suatu seri
larutan standar dengan
berbagai konsentrasi selanjutnya absorbansi masing-masing larutan tersebut diukur
dengan spektrofotometri. Kemudian dibuat grafik
antara konsentrasi dengan
absorbsi yang merupakan garis lurus
melewati titik.
3.
Metode Adisi Standar
Metode ini dipakai secara
luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkaran
(matriks) sampel dan standar. Dalam metode
ini dua atau
lebih sejumlah volume
tertentu dari sampel dipindahkan kedalam labu takar.
Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar,
sedangkan larutan yang lain
sebelum diukur absorbansinya ditambahkan terlebih dahulu dengan sejumlah tertentu larutan standar dan
diencerkan seperti pada larutan yang pertama.
C.
Proses
Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometer
Ketika cahaya dengan panjang berbagai
panjang gelombang (cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan
panjang gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang
memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada
hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu
molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi)
jika dikenai suatu energi.
Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV
maka akan terjadi perpindahan elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan
tereksitasi. Perpindahan elektron ini disebut transisi elektronik.
Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya inframerah maka elektron yang ada
dalam atom atau elektron ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar
(vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih
rendah lagi misalnya pada gelombang radio.
Atas dasar inilah spektrofotometri
dirancang untuk mengukur konsentrasi suatu suatu yang ada dalam suatu sampel.
Dimana zat yang ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang memiliki
panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan
diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.
Pada spektrofotometri, cahaya datang
atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah
melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah It/I0
atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya
setelah melewati materi (sampel). Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi
(A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T).
BAB III
A.
Faktor-Faktor Kesalahan
Faktor-faktor
yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan spektrofotometer dalam
mengukur konsentrasi suatu analitik :
1.
Adanya
serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu
larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk
warna.
2.
Serapan
oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet
dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3.
Kesalahan
fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat
tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan
kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau
pemekatan).
B.
Kalibrasi Spektrofotometer
Yang
perlu dikalibrasi dalam alat spektrofotometri adalah panjang gelombang dan
absorbansi
1.
Kalibrasi Panjang gelombang
v menggunakan filter gelas holium
oksida yang memupnyai panjang gelombang acuan (nm) :
v pasang filter gelas holium
oksida pada kompartemen sampel dan kompartemen pembanding dibiarkan kosong
(udara)
v Scan spektrum serapan holium oksida,
bandingkan panjang gelombang spektrum yang diperoleh dengan data panjang
gelombang acuan.
2.
Kalibrasi Absorbans
Ø Buat larutan kalium dikromat 50 +
0,5 mg dalam 1 liter 0,005 mol/L asam sulfat (larutan A)
Ø Buat larutan kalium dikromat 100 +
1 mg dalam 1 liter 0,005 mol/L asam sulfat (larutan B)
Ø buat larutan 0,005 mol/L asam sulfat
sebagai pembanding dan bandingkan hasilnya dengan data acuan (+ 2%)
LAMPIRAN
Ket. Gambar spektrofotometer UV
Ket. Gambar komponen
prinsip kerja Spektrofometer
Ket. Gambar Proses
penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel
DAFTAR PUSTAKA
Diunduh pada
hari Senin,16 Januari 2012 jam 15.05
Diunduh pada
hari Senin,16 Januari 2012 jam 15.16
Diunduh pada
hari Selasa,17 Januari 2012 jam 14.35
Diunduh pada
hari Selasa,17 Januari 2012 jam 15.01
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar